Pustakawan memang selalu identik dengan perpustakaan dan buku, padahal sisi lain pustakawan tentunya banyak dan beragam. Kali ini, saya memiliki ide yang nampaknya agak sedikit nyeleneh dari sisi pustakawan. Karena apa? Ya karena ini tidak ada hubungannya dengan perpustakaan dan buku. Menari! Semua orang tentu tahu bagaimana ini adalah sebuah ekspresi ataupun ungkapan jiwa yang diungkapkan dengan gerakan ritmis yang indah.
Hari ini, Senin (28/01), tampak berbeda di Aula SDK Plus Penabur. Siswa kelas 1-5 berkumpul bersama dan terlihat bahwa wajah penuh tanya dari sebagian mereka. Kegiatan apa hari ini, karena biasanya setiap hari Senin itu ada kegiatan flag ceremony, morning exercise atau literasi. Nah, saatnya jadwal kelas literasi pada minggu ini. Tahun lalu, kegiatan literasi biasanya hanya seputar readathon dan reviu buku. Namun sekarang kita menyebutnya kelas literasi.
Nah, kelas literasi dengan konsep menari dan mendongeng, dimana kali ini saya menari tari Beksan Merak dari Jawa Tengah. Tarian ini menggambarkan bagaimana merak jantan mencari perhatian dari merak betina untuk terpikat padanya. Saat menari, melihat antusiasme dari anak-anak tentunya menjadi mood boster tersendiri bagi saya dalam menari. Bahkan mereka memperhatikan betul gerakan-gerakan tarian ini. Dan ketika ditanya, “Apakah ada yang mau menari tarian ini?” Sontak sebagian siswa mengiyakan. “Mau Miss, Mau..,.” Ahh.. senang sekali rasanya, mereka mulai terpesona dengan tari tradisional yang saya bawakan. Semoga saja, mereka pun mau menari.
Setelah selesai menari, kemudian saya mendongeng dengan cerita yang berjudul “Merak yang Sombong”. Saya mengusahakan untuk selalu memilih tema yang pas dengan tarian yang saya bawakan, agar tentunya bisa ada kesinambungan atau alur yang sama. Dalam cerita ini, merak merasa bahwa dirinyalah hewan paling cantik dengan bulu-bulu indahnya. Namun tutur katanya tidak baik, bahkan merak seringkali menyakiti perasaan kerbau dan kura-kura temannya. Suatu hari, bulu-bulu merak terkena getah pohon dan lantas kerbau dan kura-kura datang menolongnya. Mulai saat itu, merak menyadari akan sifatnya yang sombong itu tidak baik. Lantas ia meminta maaf dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi.
Menari dan mendongeng, itu akan selalu ada setiap bulan. Bukan hanya untuk siswa SDK Plus Penabur, tetapi juga untuk siswa TKK Plus Penabur. Inilah ide saya sebagai seorang pustakawan, yang sedikit nyleneh atau antimainstream tentang bagaimana meningkatkan minat anak terhadap literasi budaya. Memperkenalkan dongeng dengan tarian, karena visual biasanya akan lebih mudah dicerna untuk sebagian anak. Salam Literasi. (Berlian Mintoningtyas, S.Sos. Pustakawan SDK Plus Penabur Cirebon)/K.S