CIREBON – Hari ini, Selasa (16/4/2019) Dharma Wanita Persatuan Dinas Pendidikan Kota Cirebon menyelenggarakan pertemuan rutin. Kegiatan ini yang berusaha membingkai makna dari peringatan Isra’ Mikraj Nabi Besar Muhammad, Hari Kartini dan Hari Pendidikan Nasional. Penyelenggara berhasil menyulap aula Dinas Pendidikan yang biasanya bernuansa formal menjadi aura feminin. Warna pink yang cantik mendominasi dekorasi ruangan mulai dari spanduk dan bola warna-warni karya siswa SMPN 12 dan dress code yang rata-rata berwarna senada. Hadir dalam petermuan tersebut seluruh anggota Dharma Wanita Persatuan Dinas Pendidikan Kota Cirebon dari 18 Unit SMP dan 5 UPT Pendidikan Kecamatan.

Niar Ramdah Yanuar, Ketua DWP Disdik dalam sambutannya mengatakan bahwa acara tersebut merupakan program kegiatan DWP Dinas Pendidikan. “Kegiatan semacam ini hanya dilaksanakan tiga kali dalam satu tahun,  mengingat dan mempertimbangkan kegiatan di sekolah yang sangat padat. Hal ini karena hampir semua pengurus dan anggota Dharma Wanita hampir adalah guru dan Kepala Sekolah. Dengan demikian kegiatan ini diharapkan tidak mengganggu aktivitas guru di sekolah. Jika guru-guru sering meninggalkan kegiatan sekolah dikhawatirkan tugas pokoknya akan terganggu”, ungkap istri Jaja Sulaeman tersebut.

Salah satu yang diungkapkan oleh Kepala Dinas Pendidikan Kota Cirebon, Drs. H, Jaja Sulaeman, M.Pd dalam sambutannya usai Ia menggambarkan sosok Kartini bahwa masih banyak lagi contoh pahlawan wanita lainnya, yang sepertinya hanya Kartini saja yang diketahui oleh kaum wanita saat ini.

Menyimak tulisan dari Novi Nurul Khotimah, Kepala SDN Taman Kalijaga Permai yang menyaksikan langsung rangkaian kegiatan tersebut bahwa selain menyampaikan tentang program kegiatan Dharma Wanita Persatuan  juga sangat mengapresiasi Komunitas Literasi Gelemaca yang ada di lingkungan Dinas Pendidikan Kota Cirebon. Dimana keberadaannya sangat mendukung dalam meningkatkan minat membaca dan menulis buat para peserta didik. Selain itu, beliau juga menyampaikan pengarahannya buat hadirin yang hampir seluruhnya berprofesi guru. Bahwa guru harus mampu menuangkan ide dan gagasannya dalam bentuk tulisan. Ternyata Ibu Niar sangat suka  membaca dan menulis sedari kecil saat duduk di bangku sekolah dasar.

Dikutipnya quotes dari seorang penulis ternama Pramoedya Ananta Toer Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian”, kisah Novy dalam tulisannya yang diterbitkan di Website Kompasiana. Pada kesempatan itu pula, Ketua DWP menceritakan pengalamannya saat mengikuti sebuah pelatihan di sekolah putra terkasihnya, Muhammad Ichsan. Ketua DWP Disdik itu menyampaikan, “Ajaklah anak itu untuk menulis surat, bukan surat untuk pacarnya saja tetapi ajaklah mereka untuk menulis surat buat Ibunya bahkan menulis surat buat Tuhan.

Pada pelatihan tersebut ada sesi anak menulis surat buat Tuhan. Beliau secara sembunyi-sembunyi membaca isi surat untuk Tuhan yang ditulis oleh  putranya. Dalam surat itu tertulis “Ya Allah, walaupun Ibu saya galak-galak dikit, tapi sehatkan dia”. Dari tulisan putranya itu, tahulah bahwa ada cita-cita putranya yang belum terungkap yang baru Ia ketahui setelah membaca tulisan tersebut yakni ”Ya Allah sahidkan saya”.

“Masya Allah do’a dan harapan seorang anak yang sholeh, hingga saya pun turut menitikkan airmata menyimaknya. Kalau itu tanpa tulisan, kita tidak akan tahu apa yang diinginkan oleh anak kita. Subhanallah mengharukan, pengalaman yang sangat menginspirasi bahwa dengan membiasakan menulis sekecil apapun ide itu akan sangat berarti dalam kehidupan ini.  Bagaimana trik-trik seorang Ibu dalam mendidik anak. Dan salah satunya dengan menulis, menarik bukan?” tanya Novy dalam tulisannya itu.

Harapan beliau kebiasaan menulis hendaknya ditularkan oleh para guru kepada para siswanya. Guru memiliki peran yang strategis dalam membentuk karakter anak, mau dibentuk seperti apa para siswa, sangatlah bisa. Itulah harapan beliau yang disampaikan di hadapan guru-guru anggota Dharma Wanita. Semoga apa yang menjadi harapan beliau bisa terwujud.

Mengusung tema kekinian yaitu “Menjadi Perempuan Tangguh dalam Menghadapi Tantangan Digital”, acara ini diisi dengan Tausiyah oleh Umi Fairuz Buya Yahya dari Pondok Pesantren Al Bahjah. Bahwa tugas seorang ibu sebagai guru yang mendidik putra-putrinya menjadi sebuah amanah yang harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Ia mengajak seluruh yang hadir untuk membimbing anak-anak agar tidak tergerus oleh perkembangan dunia digital yang akan mengarah kepada pergeseran-pergeseran termasuk pergeseran perilaku anak. Iapun mengajak untuk menguasai digital, bukan dikuasai oleh digital.

Selain acara tersebut ada juga Lomba Menghias Tumpeng yang jurinya adalah Kepala Dinas Pendidikan Kota Cirebon, Drs.H.Jaja Sulaeman, M.Pd., Sekretaris Dinas Pendidikan, DRs. H. Adin Imaduddin Nur, Plt. Kepala Bidang Pendidikan Dasar, M. Nurdin, S.Pd, MM, Kepala Bidang Guru dan Tenaga Kependidikan, Dra. Hj. Sri Wahyuninghadi, M.Si, dan Kepala Bidang Pembinaan PAUD-PNF, Odik, S.Pd, M.Pd. (Lisy).

MAKNA YANG TERBINGKAI DIBALIK PERTEMUAN RUTIN DWP DISDIK

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *