CLRC-Cirebon Leader’s Reading Challenge yang dimotori oleh komunitas literasi Gelemaca (Gerakan Literasi Masyarakat Cirebon Kota), telah memasuki tahun ketiga. CLRC merupakan program tantangan membaca minimal 24 buku selama 8 bulan yang mengadopsi program West Java Leader’s Reading Challenge (WJLRC). Selama dua tahun program ini berjalan, sebanyak 304 siswa di tahun 2017 dan 347 siswa di tahun 2018 berhasil menyelesaikan tantangan. Mereka yang berhasil menyelesaikan tantangan diberikan penghargaan berupa medali oleh Dinas Pendidikan Kota Cirebon.

CLRC beranjak dari program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang diluncurkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai upaya penerapan Penguatan Pendidikan Karakter, dalam hal ini sebagai tahap pengembangan. GLS memiliki tiga tahapan untuk dilaksanakan di setiap satuan pendidikan. Tahapan tersebut adalah Pembiasaan, Pengembangan, dan Pembelajaran.

Pada tahun ini, ada beberapa perubahan format verifikasi dan penentuan siswa terbaik. Berdasarkan hasil evaluasi CLRC periode 1 dan 2, Tim Gelemaca menilai perlu adanya peningkatan kualitas tantangan. Untuk periode 3 yang dimulai bulan Agustus 2018 sampai April 2019, akan dilaksanakan seleksi tingkat kota di akhir program. Seleksi akan dilakukan terhadap siswa terbaik di sekolahnya. Sebanyak 34 SD dan 40 SMP akan mengikuti CLRC periode 3.

Dari segi peserta, untuk periode ketiga ini akan dibagi ke dalam 2 kelompok. Kelompok pemula dan mahir. Kelompok pemula merupakan peserta yang belum pernah mengikuti program CLRC periode 1 dan 2. Sementara kelompok mahir adalah yang pernah mengikuti dan berhasil menerima penghargaan pada program CLRC periode 1 dan 2.

Untuk tingkat SD, ada program baru yang diluncurkan Tim Gelemaca. Program tersebut adalah tantangan membaca di kelas rendah. Peserta program ini adalah 13 sekolah uji coba pada kelas 2 dan 3. Ketigabelas sekolah tersebut diantaranya, SDN Kalijaga Permai, SDN Taman Kalijaga Permai, SDN Tanah Baru, SDN Kebon Baru 6, SDN Kebon Baru 7, SDN Kebon Melati I, SDK Plus Penabur, SD Al-Irsyad Al-Islamiyah, SDN Pengampon 1, SDN Pelandakan 1, SDN Bima, SDN Karya Mulya I, dan SDN Karya Mulya 2.

Ketigabelas sekolah tersebut, telah mendapatkan sosialisasi program tantangan membaca di kelas rendah atau CLRC di kelas rendah pada tanggal 23-24 Juli 2018 di Hotel Grand Dian dalam acara Workshop Literasi Tingkat Kota Cirebon dengan tema “Literasi Pembelajaran yang Terintergrasi Kecakapan Abad XXI”. Acara ini diselenggarakan oleh Bidang Pembinaan Ketenagaan  Dinas Pendidikan Kota Cirebon.

Selama ini baik kelas 1,2, maupun 3 pada sekolah dasar belum tersentuh tahap pengembangan GLSnya. Melihat hal tersebut, Tim Gelemaca mulai menyusun program tantangan di kelas rendah berdasarkan panduan GLS untuk SD dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Program ini mengenalkan 4 teknik membaca: Membaca Nyaring Interaktif, Membaca Terpandu, Membaca Bersama, dan Membaca Mandiri. Keempat teknik membaca tersebut disesuaikan dengan perkembangan dan tingkat membaca siswa.

Membaca Nyaring Interaktif

Membaca Nyaring Interaktif merupakan teknik membaca dengan guru atau salah satu siswa membacakan buku di depan kelas dengan memperhatikan intonasi dan tempo. Tujuan utamanya adalah agar siswa yang menyimak dapat masuk ke dalam isi buku yang dibacakan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam teknik ini adalah ilustrasi dan tokoh dalam cerita. Selama membaca, diharapkan terjadi interaksi antara siswa dan isi cerita. Di tahap akhir, siswa diminta untuk mereviu dengan menggambar tokoh yang ada dalam cerita. Tokoh ini merupakan tokoh yang disukai oleh siswa. Selain itu, siswa menuliskan alasan mengapa menyukai tokoh tersebut. Teknik reviu ini dikenal dengan Aku dan Sang Tokoh.

Membaca Terpandu

Teknik membaca terpandu adalah teknik membaca dimana siswa masing-masing membaca buku dengan nyaring yang dipandu oleh guru. Guru memberi contoh cara baca, pelafalan, dan intonasi yang kemudian diikuti oleh siswa secara bergiliran. Sebelum membaca, siswa akan dikelompokkan dengan 4-5 orang dalam satu kelompok. Hal yang perlu diperhatikan adalah latar dan penokohan dalam cerita. Pada tahap akhir siswa diminta untuk menulis reviu berupa Peta Cerita. Di dalamnya berisi identitas buku, latar, penokohan, dan alasan memilih tokoh yang disukai. Selain itu, guru juga lebih memperhatikan kosa kata baru dalam cerita yang belum dikuasai siswa.

Membaca Bersama

Hampir sama dengan membaca terpandu, pada membaca bersama siswa diminta membaca nyaring. Perbedaannya, siswa membaca secara bersamaan tidak lagi bergiliran. Penekanan pada teknik membaca ini adalah alur cerita karena di akhir kegiatan siswa diminta membuat Flip Chart. Reviu ini berisi identitas buku, alur cerita dari awal, tengah, dan akhir cerita.

Membaca Mandiri

Membaca mandiri yang dilaksanakan dalam program ini adalah membaca dalam hati. Tidak seperti teknik membaca sebelumnya, buku yang akan dibaca siswa beragam. Pemilihan buku dilakukan oleh guru. Jika ada buku yang akan dibaca oleh siswa, maka guru akan membaca isinya terlebih dahulu untuk menyesuaikan tingkat pemahaman membaca siswa. Di akhir kegiatan siswa akan membuat reviu berupa Ishikawa Fishbone. Reviu berisi identitas buku, jawaban dari 5W+1H, dan hikmah yang diperoleh.

 

Program CLRC di kelas rendah yang digagas oleh Tim Gelemaca diharapkan dapat meningkatkan kegiatan literasi di sekolah dan mewujudkan tujuan dari GLS yakni terwujudnya budi pekerti baik melalui ekosistem pendidikan yang literat sehingga menjadikan siswa belajar sepanjang hayat. (KS)

TANTANGAN MEMBACA DI KELAS RENDAH
Tag pada:        

4 gagasan untuk “TANTANGAN MEMBACA DI KELAS RENDAH

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *